Popular Post

Kamis, 28 November 2013

Bukan bom nuklir ala Film "Armageddon", jaring raksasa, misi kamikaze pesawat luar angkasa, atau melumuri asteroid dengan cat warna-warni - namun yang jadi senjata pamungkas Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menghadapi batu angkasa raksasa yang bakal menabrak bumi adalah dengan doa.



Ini disampaikan Bos NASA, Charles Bolden di depan Komite Sains Parlemen AS, sebagai bagian dari diskusi tentang subyek ancaman potensial asteroid terhadap bumi.

"Sejauh informasi yang kami dapatkan, kami tidak mengetahui apakah ada asteroid yang bakal mengancam populasi Amerika Serikat," kata Bolden seperti dimuat situs Wired, (20/3/2013). "Tapi jika itu terjadi dalam tiga minggu, berdoalah. Alasannya kami tidak bisa melakukan apapun dalam tiga minggu ke depan. Karena kita telah menundanya selama beberapa dekade."

Ucapan Bolden menyindir sekaligus mengilustrasikan pada Pemerintah AS, bahwa tanpa peningkatan teknologi teknologi pemindaian obyek dekat Bumi yang signifikan, tak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah peristiwa serupa yang terjadi di Chelyabinsk, Russia baru-baru ini.

Diskusi NASA dengan Kongres makin intensif pasca insiden ledakan meteorit di langit Chelyabinsk, 15 Februari 2013 lalu. Di mana asteroid berukuran sekitar 18 meter hancur saat melalui atmosfer Bumi dan meledak.

Memang tak ada korban jiwa, namun apa yang terjadi pagi itu sangat mengerikan dan traumatis. Ia menyebabkan gelombang kejut yang memecahkan dan menerbangkan kaca. Mencederai 1.000 orang.

Kejadian tersebut kebetulan berdekatan dengan momentum mendekatkan Asteroid 2012 DA14, asteroid sepanjang 20 meter, yang melintas dalam jarak dekat 28.500 km dari bumi. Dengan titik terdekat berada di Indonesia. Peristiwa itu juga yang membuat Rusia meningkatkan sistem pertahanan asteroidnya.

Tak Ada Yang Bisa Dilakukan Saat Ini

Pada 20 Maret kemarin, sekelompok ilmuwan NASA lain juga berdiskusi dengan tema yang sama, dengan Sub Komite Sains dan Luar Angkasa Senat AS.

Ilmuwan NASA, Edward Lu menayangkan video yang menggambarkan posisi asteroid dekat Bumi -- yang diketahui saat ini. Jumlahnya luar biasa banyak sekitar 10.000.

Edward Lu mengatakan kemungkinan asteroid selebar 30 meter memasuki Bumi -- seperti yang terjadi di Tunguska tahun 1908 lalu -- dengan akibat jauh lebih parah: menghancurkan sebuah kota, memiliki peluang terjadi sebesar 30 persen. Sementara risiko terjadinya dampak ledakan sekuat 100 megaton di abad ini adalah sekitar 1 persen.

Ia menambahkan, kemampuan NASA untuk mengetahui benda-benda langit yang berpotensi bahaya baru akan meningkat seiring peluncuran teleskop Sentinel pada 2016 mendatang. Yang mampu mengidentifikasi 10 ribu asteroid dekat bumi dalam sehari.

Namun, teknologi tersebut kini belum maksimal dimiliki NASA. Padahal, "kuncinya adalah BERDOA," kata Edward Lu. "Jika kau tak tahu di mana mereka berada, tak ada yang bisa Anda lakukan."

sumber: NASA

{ 4 comments... read them below or Comment }

  1. Pertamax gak ya.. ?? hehehe
    ~Salam damai~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertamax kok gan.. :D -salam damai balik gan-

      Hapus
  2. salam kenal gan...indonesia kapan ya punya teknologi sprti tu... salam blogger

    BalasHapus

- Copyright © Sky iNN - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -